DEMAK, Fmedio.com – Film Lafran menarik perhatian kader dan alumni HMI, serta masyarakat di penjuru negeri, salah satunya di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Terbukti, hampir tidak ada kursi bioskop yang kosong dalam acara Nobar Film Lafran di New Star Cineplex (NSC) Ultima Demak, Selasa (2/7).
Panitia Nobar, Sigit AF mengatakan pihaknya menyediakan kaos sebanyak 185 psc, tetapi langsung ludes. Sejumlah peserta, bahkan tidak kebagian.
“Antusiasme masyarakat, kader dan alumni HMI di Demak luar biasa,” katanya.
Koordinator Presidium MD KAHMI Demak Ahmad Supriyadi mengatakan acara nobar ini merupakan ajang silaturahmi kader dan alumni HMI di Kota Wali.
Menurutnya, banyak pesan yang bisa diambil dari film ini, salah satunya terkait keteladanan berorganisasi harus didasari semangat juang, sabar dan lillahitaala.
“Keislaman dan keindonesian wajib melekat pada kader HMI dan KAHMI-nya,” ujar dia.
Film ini mengisahkan tentang Lafran Pane yang merupakan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 5 Februari 1947. Sosok Lafran Pane sendiri telah dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 pada 6 November 2017.
Film yang dibintangi Dimas Anggara (berperan sebagai Lafran Pane) ini, diawali dengan menampilkan Lafran kecil yang memiliki sifat cerdas, tetapi kurang disiplin. Kendati begitu, dia justru tumbuh menjadi pemberontak, bahkan sempat menjadi petinju jalanan.
Pada masa penjajahan Jepang, Lafran sempat dipenjara karena membela hak-hak pribumi, tetapi dirinya bebas berkat pengorbanan ayahnya.
Namun, karena itu pula Lafran harus pergi dari desanya. Dia lalu memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta. Di sana, dia malah terganggu dengan kondisi umat Islam yang justru saling berdebat satu sama lain.
Dia juga gelisah melihat kaum muslim terpelajar yang larut dalam sekularisme dan melupakan ibadah. Hal inilah yang menjadi motivasi baginya untuk mendirikan HMI.
Salah satu peserta nobar, Agus Jumadi mengaku campur aduk setelah menonton Film Lafran. Alumni HMI Komisariat Hasyim Asy’ari (Unwahas) Semarang tersebut, seolah mendapatkan gambaran visual perjuangan dan tantang Lafran Pane dalam mendirikan HMI.
“Kesannya bisa dikatakan merasa antara sedih dan prihatin. Lafran Pane harus menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dalam perjalanannya untuk mendirikan HMI,” katanya.
Menurutnya, film ini sangat layak ditonton generasi muda Indonesia karena mengajarkan arti keislaman dan keindonesian dalam satu paket.
“Film ini memberikan pemahaman lebih mendalam tentang sejarah keislaman dan keindonesiaan,” katanya.(mar4/Fmedio)