DEMAK, Fmedio.com – Kabupaten Demak, Jawa Tengah menginjak masa panen raya untuk tanaman jagung. Produksi jagung sendiri menjadi salah satu hasil bumi terbesar, selain tanaman padi di Kota Wali.
Bupati Demak Eisti’anah bersyukur atas hasil produksi jagung di tahun ini. Meski bencana alam banyak melanda, tetapi produksi jagung masih tetap stabil.
“Selain padi sebagai penyanggah pangan, kami juga memproduksi jagung yang hasilnya perlu dipertimbangkan,” katanya seusai menghadiri panen raya jagung di Desa Sidorejo Kecamatan Karangawen, Rabu (12/6).
Eisti menyebut sebanyak 50 persen produksi jagung di Demak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Sejumlah perusahaan menyerap hasil panen jagung setiap tahunnya.
“Selain bisa memenuhi kebutuhan di Demak, kami juga bisa memenuhi kebutuhan untuk kabupaten sekitar,” tutur bupati.
Dia mengatakan setelah masa panen jagung selesai, para petani di Karangawen akan beralih menanam tembakau. Eisti menyebut petani tembakau tahun lalu ketiban berkah lantaran bisa mendapatkan harga yang tinggi di pasaran.
“Tahun kemarin harga tembakau di Demak tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Diharapkan, ke depan harganya stabil sehingga menarik minat masyarakat untuk bertani dan makin berdaya,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Demak Agus Herawan mengatakan luasan tanaman jagung di Demak sekitar 6.010 Ha, dengan perkiraan produksi mencapai 40.342 ton/tahun. Lahan jagung tersebut kebanyakan tersebar di Kecamatan Karangawen, Mranggen, dan Guntur.
“Di masa awal panen harga jagung Rp 6.000/kg, saat ini Rp 4.300/kg,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidorejo Warnoto Utomo mengatakan masalah yang dihadapi petani masih sama, yakni pupuk. Menurutnya, banyak petani yang tidak mengetahui jika harus mengumpulkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) setiap tahunnya.
“SPPT ini yang digunakan untuk pengajuan pupuk subsidi. Jika tidak mengajukan maka tidak dapat pupuk subsidi. Jika pupuk kurang maka hasil panen tidak maksimal,” katanya.(mar4/Fmedio)